Waspadai Gejala Autis Sejak Usia Dini

image AUTISME dapat terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Tidak banyak yang tahu, autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan.

Gangguan ini diidentifikasi sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro sehingga menyebabkan interaksi sosial, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap yang tidak normal.

Karena itu, orang tua harus mewaspadai gejala autis pada anak sejak usia dini. Dosen Akademi Keperawatan Kota Singkawang, Winnellia, belum lama ini mengatakan, setidaknya ada enam gejala untuk mengetahui seorang anak menderita autis atau tidak.

Gejala tersebut yakni tidak ada kontak mata, kesulitan dan gangguan bicara serta komunikasi dan gangguan respon emosional serta interaksi. Selain itu, anak sulit diberi pengarahan, sulit mengungkapkan sesuatu, gangguan imajinasi dan indra perasa.

Ia menjelaskan, penderita autis akan melakukan aktivitas yang berulang dan tidak bermakna karena terjadi gangguan perkembangan. "Penyebabnya sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti," katanya.
Meski demikian, menurut dia, beberapa ahli mengatakan penyebabnya dapat karena genetik, infeksi rubella, atau terpapar bahan kimia pada saat hamil.

Penting disadari para orang tua, semakin cepat anak penderita autis mendapat terapi, proses penyembuhan akan lebih cepat. Anak autis dinyatakan ada kemajuan menuju perkembangan yang baik jika sudah bersekolah biasa atau umum, dapat diarahkan dan bebas dari gejala-gejala sisa.

Terapi
Ada sejumlah lembaga terapi dengan berbagai metode untuk penyandang autis. Bahkan, menurut Winnellia, terapi dapat dilakukan di rumah. Metode itu bersifat sistematik, terstruktur dan terukur.

Terapi obat untuk mengatasi masalah perilaku yang tidak terkontrol. Terapi diet, anak autis dilarang mengonsumsi gula, lemak, ragi, terigu, susu, kafein, pengawet makanan, penyedap makanan dan pewarna makanan.

Terapi okufasi untuk latihan motoriknya, terapi wicara diberikan pada anak kesulitan dan gangguan komunikasi. Terapi perilaku adalah terapi yang memperbaiki perilaku dan jika anak berperilaku dapat diarahkan kearah positif diberi pujian.

Beberapa ahli gizi, kata dia, memberi saran, ada sejumlah makanan yang sesuai dikonsumsi para penyandang autisme karena bahan makanan ini terbatas dari gluten dan kasein. Para penyandang autis didalam tubuh mereka tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua bahan makanan ini.

sumber: suaramerdeka.com

Comments
1 Comments

1 comment:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.